Aimee Saras
SETIAP tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Kelahiran Pancasila. Bagaimana aktris yang juga penyanyi bersuara merdu, Aimee Saras, memaknai Hari Kelahiran Pancasila tersebut?
Saat diwawancarai jurnal-investigasi.com pada Minggu (31/5), Aimee mengungkapkan makna kelahiran Pancasila bagi bangsa Indonesia di zaman milenials saat ini ialah mengingatkan bahwa Pancasila adalah dasar dan simbol negara Indonesia.
“Memperingati hari kelahiran Pancasila untuk tidak melupakan peristiwa bersejarah,” tuturnya.
Ketika ditanya, apakah Pancasila masih dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini? Dengan mantap penyanyi jazz kebanggaan Indonesia ini menjawab masih.
Aimee menuturkan dengan lugas bahwa Pancasila adalah bagian dari perjuangan untuk membentuk ideologi bangsa Indonesia. “Lah, masa udah capek-capek dibikin mau dilupain begitu saja? Ibarat bangun rumah, udah bagus fondasinya terus ngga dirawat,” ujarnya.
Lantas, menurut Aimee, bagaimana agar generasi milenials atau biasa disebut generasi Y bisa memaknai arti pentingnya Pancasila bagi bangsa Indonesia?
“Pancasila adalah bagian dari sejarah. Cerita bersejarah perlu disampaikan dengan seru tapi penasaran, bagaikan series yang bikin ketagihan,” ungkap jebolan University of New York ini.
Kemudian, lanjut Aimee, harus sering dibahas karena jadi sangat berarti. Lebih baik lagi, tambahnya, membaca sejarah mengenai Pancasila sehingga bisa lebih ‘kena’ ke generasi millenials dalam memaknai arti pentingnya Pancasila bagi bangsa Indonesia.
Ainur Rofiq Al-Amin
Bagi mantan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini, Pancasila bermakna sebagai simbol pemersatu bangsa Indonesia yang mungkin bisa ‘dipadankan’ kekuatannya bagi generasi (gen) Y dan gen Z dengan hadir atau lahirnya kekuatan internet.
“Bedanya, internet selain menyatukan, kekuatannya juga bisa juga dipakai untuk firehose of falsehood,” kata Ainur saat diwawancarai jurnal-investigasi.com, Sabtu (30/5).
Penulis buku ‘Membongkar Proyek Khilafah Hizbut Tahrir ala Indonesia’ itu memaparkan, Pancasila hadir dalam sejarah adalah di saat para pendiri bangsa berdebat tentang dasar negara. “Ternyata titik temu atau kata Prof. Nurcholish Madjid, kalimatun sawa’nya adalah Pancasila,” imbuhnya.
Saat ditanya, apakah Pancasila masih dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini?
Mantan Hizbiyyin, pengikut Hisbut Tahrir yang sudah disumpah setia, itu menjelaskan ketika persatuan masih dibutuhkan, maka Pancasila juga dibutuhkan. “Sekali lagi, agar gampang dinalar bagi gen Y dan gen Z, apakah internet dibutuhkan? Jawabannya adalah tentu dibutuhkan. Begitu juga Pancasila,” tegasnya.
Dia lantas merujuk ke pandemi virus korona baru (covid-19). Saat pandemi ini, kata Ainur, dunia butuh persatuan, juga Indonesia. “Kalau gen Y dan gen Z merasa bahwa persatuan untuk mengatasi korona adalah penting, begitu juga dengan Pancasila dibutuhkan untuk menyatukan berbagai ragam suku dan agama rakyat Indonesia,” tukasnya.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya itu mengingatkan, sejarah telah banyak bicara bagaimana ideologi yang ingin mengganti Pancasila tumbang. Bahkan juga ada yang mengatasnamakan agama. “Tapi akhirnya tumbang,” pungkasnya. (krs)