KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut bahwa hasil sampingan produk perikanan berupa sisik ikan yang diolah unit pengolah ikan (UPI) di Boyolali, Jawa Tengah, berhasil menembus pasar ekspor Jepang dan India. Melalui pemanfaatan berbasis zero waste, sisik ikan disulap menjadi produk bernilai tambah tinggi.
“Ikan merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan seluruhnya (zero waste). Bukan hanya dagingnya yang dapat dimanfaatkan, melainkan juga kulit, tulang, sirip, dan seluruh bagian ikan,“ ujar Plt Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Ishartini dalam keterangannya, Kamis (23/2).
Ishartini menambahkan UPI PT Marine Biogel Indonesia di Kabupaten Boyolali ialah salah satu contoh industri yang memanfaatkan limbah ikan (waste), yaitu sisik yang hampir tidak sisik tersebut, siap dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan kolagen.
Ia mengatakan kolagen memiliki manfaat, antara lain untuk mencegah penggumpalan darah, menyembuhkan luka lebih cepat, dan menjaga kesehatan sistem syaraf tubuh.
“Dengan kandungan protein yang tinggi, dibutuhkan dalam jumlah yang besar bagi industri makanan, kosmetik, obat-obatan, dan lain sebagainya,” sambung Ishartini.
Karena mengingat adanya peluang tersebut, Ishartini mengajak pelaku industri perikanan budi daya maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam negeri untuk bisa memenuhi kebutuhan sisik tersebut. Terlebih, sejak beroperasi pada 2021, PT Marine Biogel Indonesia telah menyerap 35 tenaga kerja dengan komposisi 15 laki-laki dan 20 perempuan, yang mana 22 orang berstatus tenaga kerja tetap dan sisanya tenaga kerja harian.
PT Biogel dapat menampung tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan khusus dengan proses produksi yang sederhana. Mereka cukup dibekali dengan pelatihan quality control serta didampingi kepala produksi yang memiliki sertifikat mutu untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
“Produk akhir yang diproduksi telah mampu menembus pasar ekspor dengan tujuan utama Jepang dan India dengan omzet yang dihasilkan mencapai Rp25 miliar–Rp50 miliar/tahun,” jelas Ishartini.
Adapun Ditjen PDSPKP telah memfasilitasi industri melalui penyediaan informasi pasar serta perluasan akses pasar dalam dan luar negeri. Ishartini menegaskan jajarannya juga terus berupaya mengedukasi pelaku usaha terkait dengan pemenuhan persyaratan pasar, penguatan ketertelusuran, hingga mengedukasi pentingnya diversifikasi produk dan nilai tambah.
“Tidak lupa juga kita lakukan promosi dan branding produk serta peningkatan pasokan bahan baku untuk industri pengolahan ikan nasional dan lain sebagainya,” tutur Ishartini.
Sementara itu, saat mengunjungi UPI tersebut beberapa waktu lalu, Ketua Komisi IV DPR Sudin memberikan apresiasi adanya hilirisasi produk perikanan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Menurut Sudin, sisik ikan yang sering dianggap sebagai limbah atau waste bisa dijadikan sesuatu yang bernilai tambah tinggi sekaligus bisa diekspor.
“Inikan suatu hal yang luar biasa. Saya berbicara dengan Ibu Dirjen dari PDSPKP kalau sisik ikan dari Indonesia semua dikumpulkan masing-masing kabupaten ada pengepulnya kan menjadi cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,” ujar Sudin. (RLS/J1)