PMI Maret 2022: Sektor Manufaktur Indonesia Menguat

PMI Maret 2022: Sektor Manufaktur Indonesia Menguat
Sumber: Kementerian Keuangan

SEKTOR manufaktur Indonesia terus menunjukkan tren positif. Hal ini dilihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) pada Maret 2022 yang tercatat berada pada level 51,3, naik dari Februari yang berada di 51,2.

“Tren positif ini tidak terlepas dari upaya pengendalian pandemi yang terus kita lakukan, termasuk vaksinasi. Pemulihan yang terus menguat ini akan kami jaga, tentunya dengan dukungan masyarakat sambil tetap berhati-hati dan waspada dengan dinamika yang saat ini terjadi,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dikutip dari situs Kementerian Keuangan, Senin (4/3).

Dalam hal pengendalian pandemi, tingkat kasus harian rata- rata menurun cepat dengan tingkat hunian rumah sakit (bed occupancy rate) yang rendah. Hal ini terjadi karena adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, salah satunya dalam hal tingkat vaksinasi masyarakat yang semakin tinggi. Ini menjadi modal baik menuju kehidupan bersama endemi (living with endemic).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap menjadi instrumen yang sangat penting dalam Program Pemulihan Nasional (PEN) ini. Hingga 25 Maret 2022, APBN telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp22,6 triliun yang dipergunakan untuk kesehatan, perlindungan sosial, dan pemulihan dunia usaha.

“APBN telah dan akan terus hadir bagi masyarakat di mana belanja perlindungan sosial efektif menurunkan kemiskinan dan tetap menjadi shock absorber di tengah berbagai risiko yang dihadapi perekonomian kita,” tambah Febrio.

Perbaikan PMI Manufaktur Indonesia ini terjadi di tengah beragam dinamika ekonomi dunia. Di antara tren penurunan ataupun perlambatan PMI Manufaktur di berbagai negara, Indonesia masih menunjukkan indeks yang baik. Output manufaktur Indonesia tercatat meningkat. Pada Maret 2022, output manufaktur meningkat ke level 51,7.

Hal ini merupakan peningkatan selama 7 bulan berturut-turut karena permintaan yang lebih tinggi. Meningkatnya aktivitas produksi sektor manufaktur berimbas pada penyerapan tenaga kerja.

Tingkat penyerapan tenaga kerja melanjutkan peningkatan selama 3 bulan berturut-turut, yaitu berada di level 50,8. Hal ini disebabkan kebutuhan produksi yang lebih tinggi.

Baca Juga:  Menakar Nasionalisme Sandiaga (Bagian Kedua – Selesai)

Sementara itu, seiring dengan pemulihan yang semakin kuat, inflasi pada Maret 2022 meningkat ke 2,64% (yoy) (Februari 2022: 2,06%) dengan peningkatan di seluruh komponen.

Kenaikan inflasi ini terjadi dihampir seluruh kelompok barang dan jasa yang disebabkan kenaikan harga global di tengah meningkatnya permintaan dan diperkirakan masih akan berlanjut selama puasa dan lebaran. Kenaikan inflasi ini menunjukkan meningkatnya permintaan domestik seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat.

Dengan mempertimbangkan kebijakan penyesuaian harga Pertamax, kenaikan tarif PPN yang sejalan dengan implementasi UU HPP, serta masih tingginya harga komoditas energi dan pangan global, laju inflasi domestik di 2022 diperkirakan masih meningkat jika dibandingkan dengan 2021.

Namun, masih berada pada rentang sasaran inflasi 2,0%-4,0%. Jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang mampu menjaga laju inflasi pada level yang relatif rendah.

“Berbagai kebijakan ditempuh untuk menjaga stabilitas harga dengan tetap fokus pada pemulihan ekonomi nasional. Mitigasi risiko juga akan dilakukan untuk mengatasi dampak tekanan kenaikan harga global, terutama untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya kelompok miskin dan rentan. Sinergi komunikasi antar-stakeholders terkait, baik di pusat dan daerah, juga terus diperkuat untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat,” tutup Febrio. (J1)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *