KEMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga tengah menyelesaikan konstruksi Jembatan Kretek 2 yang berlokasi di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jembatan dengan total panjang 2,01 km ini membentang di atas Sungai Opak dan menghubungkan antara Desa Tirtohargo dengan Desa Parangtritis.
Jembatan ini merupakan bagian dari jalur jalan Pantai Selatan (Pansela) Jawa sepanjang 1.604 km yang terkenal akan kawasan pariwisata pantai yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur. Peningkatan kondisi jalan Pansela Jawa diharapkan dapat menjadi jalur wisata wilayah pesisir Pantai Selatan serta memperlancar konektivitas Pulau Jawa bagian selatan sehingga dapat mengurangi kesenjangan dengan wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa yang potensi ekonominya lebih maju.
“Kita terus promosikan jalur Pansela Jawa supaya orang tertarik lewat selatan. Karena bukan hanya jalannya yang bagus, melainkan juga memiliki pemandangan yang indah (panoramic road) dan terdapat banyak obyek wisata,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Provinsi DI Yogyakarta Julian Situmorang mengatakan saat ini progres konstruksi Jembatan Kretek 2 sudah mencapai 63,27%. Sesuai kontrak, jembatan ini ditargetkan rampung pada Januari 2023.
“Untuk progres pekerjaan, struktur bawah telah selesai semua, fondasi dan pier-nya. Untuk saat ini, kita mengerjakan erection girder. Sementara itu, pekerjaan aspal dan deck slab juga paralel kita kerjakan,” jelasnya.
Julian menambahkan bahwa pembangunan Jembatan Kretek 2 memiliki tantangan tersendiri karena lokasi jembatan berada di wilayah yang rawan gempa dan likuefaksi atau pergerakan tanah. Namun, pihaknya sudah menggunakan teknologi khusus agar umur jembatan dapat bertahan sesuai rencana, 100 tahun.
“Di lokasi Jembatan Kretek 2, terdapat Sesar Opak. Sesar ini merupakan sesar aktif sehingga potensi terjadi gempa bumi dan pergerakan tanah. Oleh karenanya, kami menggunakan teknologi LRB (Lead Rubber Bearing) untuk meredam gempa. Lalu, juga menggunakan MSE Wall untuk daerah timbunan. Selain itu, mengantisipasi terjadi likuefaksi, kami menggunakan soil replacement sedalam 3 meter untuk menggantikan tanah yang terlikuefaksi dan penancapan tiang pancang dilakukan sampai ke lapisan tanah yang tidak terlikuefaksi,” terang Julian.
Sebagai informasi, pembangunan Jembatan Kretek 2 menelan dana Rp364 miliar yang berasal dari pinjaman Islamic Development Bank (IsDB). Jembatan ini akan memiliki 4 lajur dan 2 jalur. Di atas jembatan, akan terdapat jalur khusus untuk pejalan kaki, tapi bukan berupa trotoar, melainkan pedestrian yang dipisahkan dengan barrier.
Jembatan Kretek 2 menggunakan struktur atas PCI girder dengan bentang utama 40 m dan fondasi bored pile untuk jembatan utamanya. Sementara itu, untuk jembatan pendekat, menggunakan slab on pile dengan fondasi tiang pancang yang berdiameter 80 cm. Jembatan ini nantinya juga akan dipercantik dengan hiasan ornamen khas DI Yogyakarta dan dilengkapi dengan artlighting.
“Untuk ornamen, digunakan beberapa ornamen yang tentunya merupakan ciri khas Yogyakarta, antara lain luku yang bentuknya seperti bajak, lalu di railing ada ornamen burung, dan PJU (penerangan jalan umum)-nya menggunakan konsep padi. Kami berkoordinasi dengan seniman di Yogyakarta dan melakukan asistensi kepada Pemprov DIY. Selain ornamen, juga akan dipasang artlighting sepanjang jembatan utama sehingga permainan cahaya pada malam hari akan membuat jembatan ini terlihat lebih indah,” pungkas Julian.
Di Provinsi DI Yogyakarta, tengah ditangani 3 paket pekerjaan jalur Pansela sepanjang 17,32 km, yakni penanganan Jembatan Kretek 2, ruas Legundi-Planjan di Kabupaten Gunungkidul sepanjang 4,7 km, dan ruas Jerukwudel-Baran-Duwet di Kabupaten Gunungkidul (10,6 km). (RLS/J1)