MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan efisiensi pembakaran Dimethyl Ether (DM)E lebih baik ketimbang Liquefied Petroleum Gas (LPG) sehingga layak menjadi bahan bakar alternatif untuk program substitusi energi di Indonesia.
Arifin menuturkan, dari sekitar 200 percobaan yang dilakukan Lemigas, menunjukkan efisiensi LPG pembakaran DME juga lebih baik jika dibandingkan LPG.
“Fraksi karbon beratnya kalau di LPG, masih tertinggal di dalam sisa botol. Sementara itu, kalau DME, masih bisa dioptimalkan. Karena itu, ini menjadi salah satu advantage (keuntungan),” kata Arifin dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis (17/2).
Pemanfaatan DME, sambung Arifin, menggunakan jenis batu bara yang memiliki kalori 3.800 kkal/kg karena tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan PLN.
“Ini juga dilakukan di lokasi mulut tambang. Jadi, memudahkan proses pengangkutan,” tambah Arif dalam rilisnya, Sabtu (19/2).
Lebih lanjut, pemerintah telah memperhitungkan harga keekonomian DME yang telah disepakati agar produk ini mampu bersaing dengan LPG. Adapun manfaat yang diterima negara melalui substitusi DME tersebut berupa pemanfaatan sumber daya alam, menghemat devisa impor LPG, dan memenuhi in-situ di lokasi mulut tambang yang dapat mengatasi isu kelangkaan.
Saat ini Indonesia sedang membangun pabrik hilirisasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan. Proyek itu diproyeksikan bisa menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dari bahan baku 6 juta ton batu bara kalori rendah. Pemerintah berharap proyek DME dapat membuka lapangan pekerjaan untuk sekitar 13 ribu orang pada tahap konstruksi. Adapun di sektor hilir yang akan dikelola Pertamina, diharapkan mampu menciptakan 12 ribu lapangan pekerjaan baru.
Proyek hilirisasi batu bara menjadi DME merupakan hasil kerja sama antara Amerika Serikat dengan Indonesia melalui perusahaan Air Products & Chemicals Inc, PT Bukit Asam, dan Pertamina. Pemerintah menargetkan perusahaan tersebut bisa merealisasikan nilai rencana investasi sebesar USD15 miliar untuk industri gasifikasi batu bara beserta turunannya di Indonesia.
Selain DME, Kementerian ESDM memiliki beberapa alternatif terkait dengan substitusi LPG, dari melalui jaringan gas rumah tangga hingga penggunaan kompor listrik. (RLS/J1)