MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menprekraf )/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mendukung Desa Wisata Sumberbulu diberi pendamping penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) sebagai upaya menyambut wisatawan di tengah pandemi.
Menparekraf saat melakukan visitasi 50 besar Desa Wisata Terbaik Indonesia Bangkit ADWI 2021 ke Desa Wisata Sumberbulu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (9/10), mengatakan desa tersebut bisa menjadi percontohan bagi desa-desa di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, dalam penerapan saptapesona dan CHSE serta pengelolaan homestay.
“CHSE ini bisa menjadi solusi. Kita sudah sepakat membuat program pendampingan CHSE di Desa Wisata Sumberbulu sehingga ini bisa memacu semangat optimisme dan harus lebih baik lagi ke depan. Nantinya Prof Fatma Lestari, selaku Kepala Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia, dan dibantu teman-teman S-3 dari Universitas Indonesia bisa memberikan pendampingan CHSE,” katanya.
Menparekraf berharap Desa Wisata Sumberbulu bisa menjadi percontohan penerapan protokol kesehatan CHSE di desa wisata lainnya di Kabupaten Karanganyar.
“Dengan demikian, desa-desa lain di seluruh Indonesia dapat meningkatkan perekonomian lokal dan terus menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di masa depan. Protokol kesehatan ini menjadi standar untuk bangkit di tengah pandemi. Terlebih, Kabupaten Karanganyar saat ini sudah berada di PPKM level 2,” ujarnya.
Saat visitasi ke Desa Wisata Sumberbulu, Menparekraf didampingi Bupati Karanganyar Juliyatmono dan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu.
Desa Wisata Sumberbulu menjadi salah satu destinasi wisata edukasi berbasis kearifan lokal. Tidak hanya memberikan Edu Wisata tentang pertanian, peternakan, dan kerajinan, tetapi desa wisata ini juga mengajak pengunjung menikmati suasana serta menggali pengalaman baru.
Selain itu, Desa Wisata Sumberbulu resmi berdiri sejak 2017. Desa wisata itu berada di bawah pengelolaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Sumberbulu. Kemudian, Pokdarwis membentuk manajemen khusus mengelola Desa Wisata Sumberbulu.
Di desa itu, warga menyediakan fasilitas homestay dengan kapasitas 65 kamar untuk 150 orang. Biasanya, pengunjung akan menginap di homestay sembari menikmati wisata edukasi. Mereka juga menyiapkan suvenir berupa kerajinan dari bambu, jamu, dan bekas bungkus kopi.
Jumlah wisatawan yang datang ke Desa Wisata Sumberbulu juga terus meningkat. Sebelum pandemi, tercatat 150 orang per hari atau 1.500 orang selama satu bulan yang datang ke desa tersebut. (RLS/J1)