MENTERI Luar Negeri RI (Menlu) Retno Marsudi telah melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly, Jumat (18/2), dan dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian di Paris, Minggu (20/2).
Pertemuan dengan Menteri Pertahanan Parly difokuskan pada tukar pikiran situasi di kawasan Eropa dan Asia, termasuk perkembangan di Ukraina dan Myanmar, juga membahas kerja sama strategis di berbagai bidang, salah satunya pertahanan.
“Mengulang apa yang disampaikan Presiden RI saat menerima Menteri Parly, kerja sama pertahanan tidak hanya terfokus pada pembelian alutsista, tapi juga pengembangan kapasitas, riset dan produksi bersama, serta investasi dalam rangka memperkuat industri strategis nasional,” ujar Menlu Retno pada saat pertemuan dengan Menhan Parly.
Menlu Retno dan Menhan Parly berharap agar pertemuan Menlu dan Menhan kedua negara dapat diselenggarakan dalam waktu dekat.
Sementara itu, pertemuan dengan Menlu Prancis membahas kerja sama bilateral yang lebih luas, antara lain di bidang kesehatan, transisi energi, hambatan perdagangan komoditas, Indo-pasifik, serta pertukaran pandangan mengenai perkembangan di Ukraina dan Myanmar.
Dilansir dari situs Kementerian Luar Negeri, Senin (21/2), Kedua pihak sepakat untuk terus perkuat kerja sama kesehatan. Indonesia juga hargai dukungan vaksin dari Prancis. Sejauh ini Indonesia telah menerima 6,3 juta dosis vaksin dukungan Prancis. Dalam konteks yang lebih strategis, Prancis telah sampaikan dukungan kepada Indonesia untuk menjadi salah satu hub dari pengembangan vaksin mRNA di kawasan Asia.
Menurut Menlu Retno, perluasan produksi vaksin mRNA merupakan hal krusial dalam memastikan keadilan dan pemerataan vaksinasi di dunia.
“Dalam jangka panjang, kami ingin meningkatkan kapasitas produksi vaksin mRNA. Perluasan hub produksi dan transfer teknologi vaksin ke negara-negara berkembang dapat mendorong pemerataan dan keadilan vaksinasi dunia,” ujar Retno.
Mengenai kerja sama transisi energi, Indonesia tekankan pentingnya transfer teknologi yang terjangkau dan investasi agar semua negara dapat lakukan hal tersebut tanpa korbankan pembangunan dan pemenuhan SDGs. Menlu RI juga mengajak Prancis untuk meningkatkan investasi di Indonesia, terutama di bidang transisi energi. Hal itu sejalan dengan kesepakatan kedua negara yang tertuang dalam Letter of Intent on Cooperation to Accelerate Energy Transition in Indonesia.
Terkait dengan kerja sama perdagangan, Retno mendorong agar di masa presidensi Prancis di Uni Eropa, dapat dicapai kemajuan yang berarti dalam perundingan I-EU CEPA dan tidak lagi ada diskriminasi terhadap kelapa sawit, termasuk dalam rancangan regulasi UE yang baru berhubungan deforestation free products.
Berhubungan dengan isu Indo-Pasifik, Menlu Retno menyampaikan bahwa pada ASEAN Retreat, ASEAN telah mendukung usulan Indonesia mengenai concept paper on Mainstreaming Four Priority Areas of the ASEAN Outlook on Indo Pasific.
Retno juga mengajak Prancis berpartisipasi dalam kerja sama konkret di bidang maritim, SDGs, perdagangan, dan investasi.
“Saya berharap Prancis menjadi salah satu negara pertama yang membangun kerja sama dengan ASEAN di bisang maritim, SDGs, perdagangan, dan investasi,” harapnya.
Sementara itu, terkait dengan isu Myanmar, Retno mengungkapkan bahwa Indonesia terus mendorong implementasi 5 point-consensus (5 PC) yang masih belum mencapai kemajuan berarti.
Lebih lanjut, kedua Menlu juga lakukan tukar pandangan mengenai perkembangan di Ukraina. Indonesia berharap agar semua pihak memberikan kesempatan bagi negosiasi dan diplomasi untuk bekerja. (J1)