DESA Kuala Dua Belas mendadak viral lantaran video berdurasi dua menit yang memperlihatkan tiga anak sekolah di desa tersebut tersebar di dunia maya. Desa yang berada di antara muara Selat Bangka dan Sungai Ogan ini merupakan bagian dari Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan (Sumsel).
Video viral itu pun menuai berbagai komentar dari masyarakat. Banyak yang mempertanyakan tentang kebenaran video tersebut. Untuk merespons kejadian itu, tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumsel mendatangi langsung lokasi desa yang jaraknya cukup jauh dari Kota Palembang.
Karena berangkat dari Kota Palembang pukul 13.00 WIB, tim ACT Sumsel harus menempuh jarak selama 4,5 jam jalur darat, ditambah 3 jam jalur air dengan menggunakan speedboat. Saat tiba di lokasi, tim ACT pun disambut hangat kepala desa dan warga setempat. Desa yang dihuni sebanyak 350 kepala keluarga dan jumlah penduduk mencapai 1.076 orang ini terbagi menjadi empat dusun serta terbelah menjadi dua di antara aliran Sungai Ogan.
Saat tim mengonfirmasi tentang kebenaran video yang sedang viral itu, Hartoni, selaku kepala desa Kuala Dua Belas, mengatakan bahwa anak-anak di desanya memang terbiasa menggunakan kotak sterofoam untuk bermain di sungai. Bahkan, terkadang saat orang tua mereka tidak sempat menjemput sekolah, menggunakannya sebagai perahu.
“Anak-anak di sini sering pakai sterofoam itu untuk bermain-main. Itu kotak tempat nampung udang warga di sini. Meski kami juga sudah mengingatkan mereka untuk tidak pakai itu karena bahaya, namanya anak-anak kadang masih saja tetap nekat menggunakannya. Akan tetapi, memang anak-anak di sini semua bisa berenang dengan baik,” kata Hartoni, Minggu (26/09).
Fakta lainnya ialah di desa ini ternyata hanya ada sekolah tingkat dasar (SD), yaitu SDN 01, sebagai satu-satunya sekolah yang menjadi tempat menimba ilmu anak-anak di sini. Sebanyak 78 siswa yang tergabung dari kelas 1 hingga 6 belajar di dalam satu gedung yang sama dengan jumlah guru ada dua orang dan berfasilitas sederhana.
“Untuk melanjutkan sekolah ke SMP atau SMA, anak-anak biasanya nyeberang ke desa tetangga. Kalau dari sini, kurang lebih 1 jam naik getek/perahu. Akan tetapi, masyaAllah semangat anak-anak di sini untuk sekolah luar biasa,” kata Aisyah, guru honorer, di SDN 01 Kuala Dua Belas.
Sementara itu, dalam rangka memberikan semangat juang bagi para guru di SDN 01 Kuala Dua Belas, ACT pun memberikan bantuan berupa bea guru untuk kedua tenaga pengajar. Bantuan bea juga diberikan untuk dai di desa itu. Ikhtiar lainnya yang ingin diwujudkan ACT ialah menghadirkan kapal sekolah.
Dengan tidak adanya fasilitas jembatan atau kapal sekolah, membuat anak-anak SDN 01 Kuala Dua Belas kadang terpaksa menggunakan kotak sterofoam untuk menyeberangi sungai. Karena melihat kondisi ini, ACT Sumsel berikhtiar menghadirkan sebuah kapal sekolah wakaf sebagai moda transportasi yang memudahkan anak-anak untuk sekolah. (RLS/J1)