INDONESIA dan Singapura telah memiliki jalinan kerja sama dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, khususnya untuk penguasaan teknologi industri 4.0. Kolaborasi kedua negara ini guna mendukung percepatan tranformasi digital di sektor industri manufaktur sehingga memacu produktivitas dan daya saing.
“Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) sudah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Singapura melalui Singapore Institute of Technical Education Services (ITEES) dan didukung oleh Temasek Foundation,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Masrokhan di Jakarta, Selasa (2/5).
Kepala BPSDMI menyatakan, dalam kolaborasi tersebut, pihaknya telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan pelatihan pada tahun 2022, yakni program Pendidikan dan Pelatihan Transformasi Industri 4.0, dengan Leaders Training Workshop (LTW) dan Post-Training Sharing Workshop (PSW), yang masing-masing terdiri dari dua angkatan.
“Melalui Pendidikan dan Pelatihan Transformasi Industri 4.0, peserta memperoleh pengetahuan tentang kurikulum Link and Match yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta implementasi dan asesmennya menggunakan perangkat INDI 4.0,” jelasnya.
Peserta pelatihan juga mendapatkan pengetahuan terkait implementasi industri 4.0 di unit pendidikan vokasi di Singapura dengam asesmen yang menggunakan perangkat SIRI 4.0 pada kegiatan LTW.
Rangkaian kegiatan pelatihan tersebut, total diikuti sebanyak 51 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bawah naungan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun peserta pelatihan terdiri dari kepala sekolah, guru, hingga staf.
Kepala BPSDMI Masrokhan juga mengungkapkan bahwa aktivitas ini merupakan bagian dari komitmen darii BPSDMI Kemenperin untuk secara konsisten mendukung program pengembangan SDM, serta untuk mendukung program link and match dengan industri, yang telah diselenggarakan sejak tahun 2016.
“Implementasi dari kolaborasi-kolaborasi tersebut, serta beragam program lainnya, merupakan upaya dari Kemenperin dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompeten, yang kini kebutuhannya mencapai 682.000 SDM per tahun,” imbuhnya.
Lebih jauh lagi, tersedianya SDM industri dianggap dapat mendukung pertumbuhan industri nasional.
“Salah satu langkah yang harus ditempuh adalah dengan menyiapkan pendidikan vokasi untuk mendukung dan mengimplementasikan industri 4.0 dalam aktivitas pembelajaran, sehingga lulusan SMK memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri 4.0,” ungkap Masrokhan.
Menurut CEO ITEES Singapura, Bruce Poh, kepemimpinan adalah kunci untuk mengembangkan institusi Technical and Vocational Education and Training (TVET) yang baik, dan mendorong transformasi TVET yang sukses.
“Saya mengharapkan kesuksesan bagi seluruh peserta dalam perjalanan masing-masing untuk mentransformasi TVET di Indonesia, sehingga bisa memberi pengaruh bagi kehidupan orang-orang di institusi mereka,” kata Bruce.
Melalui aktivitas-aktivitas pelatihan tersebut, peserta saling bertukar informasi dan pengalaman terkait implementasi industri 4.0 di sistem pembelajaran unit pendidikan masing-masing. Mereka juga mendapatkan keahlian untuk menggunakan perangkat SIRI 4.0 yang digunakan Singapura dan telah digunakan oleh INDI 4.0 di Indonesia.
“Kami telah sepakat untuk melanjutkan program kerja sama antara BPSDMI dan Singapura terkait program digitalisasi TVET di Indonesia dalam lima tahun ke depan, dan kami akan terus mendukung pengembangan program pendidikan vokasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia,” pungkas Masrokhan.(RLS/J3)