KETUA Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Miftachul Akhyar memastikan tidak ada guncangan apa pun di internal MUI seusai penangkapan anggotanya, Ahmad Zain An Najah (AZ), oleh Densus 88 atas dugaan tindak terorisme pada Selasa (16/11).
“Secara umum, di internal MUI tidak ada guncangan dan semua berjalan normal,” kata Kiai Miftach saat jumpa pers di Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (22/11).
Kiai Mif, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa kejadian ini membuat MUI menjadi muhasabah atau introspeksi untuk lebih berhati-hati.
Muhasabah dilakukan MUI demi menjaga marwah majelis para ulama yang merupakan bagian dari anak bangsa Indonesia.
Kiai Mif menuturkan bahwa sejauh ini kerja sama MUI dengan pemerintah masih berjalan dengan sangat baik. Salah satu indikatornya ialah kehadiran MUI bertemu Menko Polhukam Mahfud MD di Kemenko Polhukam.
“Sampai sekarang bukti kami hadir di sini meski sama-sama mendadak. Kami hadir ini adalah bentuk kerja sama yang terpelihara dengan baik,” tegasnya.
Saat memberi pernyataan kepada wartawan, Kiai Mif menegaskan MUI menentang dan mengharamkan segala bentuk tindakan terorisme.
Sikap itu, kata Kiai Mif, tertuang dalam keputusan fatwa Nomor 3 Tahun 2004. Dalam fatwa tersebut, terang dijelaskan bahwa tindakan terorisme hukumnya haram.
Lebih lanjut, dia menambahkan keputusan MUI sejak lama sudah sangat jelas dan tegas untuk menolak terorisme.
“Terorisme haram hukumnya. Bom bunuh diri itu juga haram hukumnya. Jadi, kalau mereka menganggap itu mati syahid, surga, justru sebetulnya bukan,” ungkapnya.
Menurutnya, MUI sebagai cerminan dari gerak para ulama seharusnya bersama-sama membangun negara ini menjadi tenteram dan sejahtera.
“MUI adalah cerminan dari gerak ulama yang seharusnya bergerak bersama-sama membangun, menjadikan negara kita tenteram, sejahtera. Karena itu, apa yang menjadi kebijakan berjalan lancar dan baik dirasakan umat seluruhnya,” tambahnya. (J1)
