DIREKTUR Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Febrian A Ruddyard mengatakan perlunya pengembangan pengetahuan secara kesinambungan untuk memimpin pertemuan-pertemuan Presidensi G20.
Hal tersebut disampaikannya dalam sambutan pembukaan Program Peningkatan Kapasitas Persidangan Chair, Co-chair, dan Conference Officers yang diselenggarakan secara hybrid di Bali, Selasa (16/11) hingga Kamis (18/11).
“Kita perlu terus kembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk memimpin pertemuan-pertemuan G20,” ucapnya.
Untuk diketahui, pelatihan tersebut merupakan kerja sama Direktorat PELH dan Pusdiklat Kemlu serta Institut Clingendael Belanda.
Dilansir dari situs Kementerian Luar Negeri, Rabu (24/11), program tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri guna mendukung kesuksesan penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia.
Sebanyak 281 peserta dari berbagai kementerian/lembaga yang menjadi pengampu Working Group/Engagement Group G20 mengikuti program tersebut. Pelatihan Chair dan Co-chair juga dihadiri Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kegiatan tersebut mengundang sejumlah narasumber yang mumpuni, yaitu Duta Besar Dian Triansyah Djani, Duta Besar Muhsin Syihab, Direktur Hukum dan Perjanjian Ekonomi Syahda Guruh, serta trainers dari Institut Clingendael Belanda.
Selain itu, untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai kemampuan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pertemuan G20, sesi pelatihan menggabungkan antara teori dan praktik.
Adapun sejumlah sesi praktik yang dilakukan ialah simulasi negosiasi bagi Chairs dan Co-Chairs serta note taking dan drafting bagi para Conference Officers.
Secara umum, pelatihan berlangsung dengan baik dan lancar, dengan tingkat antusiasme tinggi dan respons positif dari para peserta. (J1)