BANK Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah secara periodik dalam mencermati kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sebagai dampak penyebaran covid-19. Adapun indikator dimaksud ialah nilai tukar dan inflasi.
Dalam perkembangan nilai tukar 3-7 Januari 2022, pada akhir Kamis (6/1), rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.390 per dolar AS, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke level 6,37%, DXY[1] menguat ke level 96,32, dan yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,72%.
Kemudian, pada Jumat pagi (7/1), rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.360 per dolar AS, yield SBN 10 tahun naik pada level 6,42%.
Selain itu, aliran modal asing pada minggu I Januari 2022, yaitu premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 77,27 bps per 6 Januari 2022 dari 73,55 bps per 31 Desember 2021.
Lalu, berdasarkan data transaksi 3-6 Januari 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,68 triliun terdiri atas jual neto di pasar SBN sebesar Rp2,93 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,25 triliun.
Selanjutnya, berdasarkan data setelmen sampai 6 Januari 2022 (ytd), nonresiden beli neto Rp5,33 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp0,60 triliun di pasar saham.
Sementara itu, inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Januari 2022, perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,61% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,61% (ytd) dan secara tahunan sebesar 2,23% (yoy).
Penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai minggu I, yaitu komoditas telur ayam ras dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) dengan masing-masing sebesar 0,11% (mtm), daging ayam ras 0,06% (mtm), cabai rawit 0,05% (mtm), tomat 0,04% (mtm), beras dan sabun detergen bubuk atau cair masing-masing 0,03% (mtm), minyak goreng dan bawang merah masing-masing 0,02% (mtm), jeruk, bawang putih, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi, yaitu cabai merah dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,02% (mtm). (RLS/J1)