BADAN Pusat Statistik (BPS) menyatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 mengalami inflasi 0,37% (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,12% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi peningkatan inflasi di semua kelompok, yaitu inti, volatile food, dan administered prices.
Secara tahunan, inflasi IHK November 2021 tercatat 1,75% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,66% (yoy). Inflasi diprakirakan berada di bawah batas kisaran sasarannya 3,0±1% pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022.
Lebih lanjut, ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya.
Dari keterangan resmi Bank Indonesia, Rabu (1/12), inflasi inti pada November 2021 tercatat 0,17% (mtm), meningkat dari inflasi Oktober 2021 sebesar 0,07% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, kenaikan inflasi inti terutama dipengaruhi inflasi komoditas emas perhiasan, sewa rumah, dan kontrak rumah seiring pergerakan harga emas global dan peningkatan mobilitas masyarakat.
Secara tahunan, inflasi inti November 2021 tercatat sebesar 1,44% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,33% (yoy). Inflasi inti tetap rendah di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Selain itu, kelompok volatile food mengalami inflasi 1,19% (mtm) pada November 2021, meningkat jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,07% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi kenaikan harga minyak goreng seiring berlanjutnya kenaikan harga crude palm oil (CPO) global. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 3,05% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,16% (yoy).
Sementara itu, kelompok administered prices pada November 2021, mencatat inflasi 0,37% (mtm), meningkat jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,33% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi inflasi angkutan udara dan rokok kretek filter akibat mobilitas udara yang membaik sejalan dengan pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas dan berlanjutnya dampak kenaikan cukai tembakau.
Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 1,69% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,47% (yoy). (RLS/J1)