KENAIKAN harga minyak mentah dunia telah menembus USD110/barel per hari ini menyusul konflik Rusia-Ukraina yang semakin memanas. Harga minyak mentah dunia ini ialah yang tertinggi sejak 2014 yang rata-rata mencapai USD93,17 per barel.
Sejalan dengan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (1/3), mengenai kenaikan harga minyak mentah dunia yang disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina, ia menegaskan kenaikan ini harus diwaspadai untuk mencegah terjadinya kelangkaan energi.
“Kelangkaan energi. Dulu sebelum perang, harganya naik karena kelangkaan. Ditambah perang, (harganya) naik lagi. Sekarang harga per barel sudah di atas USD100 yang sebelumnya hanya USD50-60,” ujar Jokowi dikutip Jumat (4/4).
Dilansir dari situs Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya. Namun, yang pasti Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional, menjamin distribusi BBM dan LPG tersebut sampai ke seluruh masyarakat Indonesia, serta memastikan keberlanjutan ekosistem energi nasional di tengah tantangan harga minyak mentah dunia yang terus melambung.
“Kegiatan operasional Pertamina, dari hulu, kilang, hingga hilir, tetap berjalan dengan baik untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Fajriyah.
Menurut Fajriyah, dengan upaya ini, Pertamina memastikan ekosistem migas nasional juga dapat berjalan dengan baik agar terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina akan terus meningkatkan kinerja menghadapi tantangan dinamika energi global dan transisi energi dunia agar menjamin ketahanan dan kemandirian energi nasional yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi pascapandemi covid-19,” tandas Fajriyah. (J1)