BI Sampaikan Perkembangan Indikator Stabilitas Rupiah hingga 4 Maret 2022

BI Sampaikan Perkembangan Indikator Stabilitas Rupiah hingga 4 Maret 2022
(Sumber: Bank Indonesia)

BANK Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah secara periodik dalam mencermati kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sebagai dampak penyebaran covid-19, Jumat (4/3). Indikator dimaksud ialah nilai tukar dan inflasi.

Adapun perkembangan nilai tukar 28 Februari–4 Maret 2022 pada Kamis (3/3), rupiah ditutup melemah pada level (bid) Rp14.385 per dolar AS, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke level 6,53%, DXY (U.S. Dollar Index) menguat ke level 97,79, dan yield UST (US Treasury Note) 10 tahun naik ke level 1,841%.

“Selanjutnya, pada Jumat pagi (4/3), rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.370 per dolar AS dan yield SBN 10 tahun naik pada level 6,57%,” ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam rilisnya, Jumat (4/3).

Adapun aliran modal asing pada minggu pertama Maret 2022 ialah premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 110,71 bps per 3 Maret 2022 dari 104,31 bps per 25 Februari 2022, sejalan dengan risk off di pasar keuangan global.

Berdasarkan data transaksi 1-2 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,13 triliun terdiri atas jual neto di pasar SBN sebesar Rp8,30 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,17 triliun.

“Dari data setelmen sampai dengan 2 Maret 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp1,60 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp23,20 triliun di pasar saham,” katanya.

Sementara itu, inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu pertama Maret 2022, perkembangan harga tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,32% (mtm).

“Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2022 secara tahun kalender sebesar 0,88% (ytd) dan secara tahunan 2,31% (yoy),” jelasnya.

Penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai dengan minggu pertama, yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,07% (mtm); cabai rawit, tempe, bawang merah, dan emas perhiasan masing-masing 0,03% (mtm); daging ayam ras, tahu mentah, telur ayam ras, dan sabun detergen bubuk atau cair masing-masing 0,02% (mtm); serta bahan bakar rumah tangga (BBRT) dan rokok kretek filter masing-masing 0,01% (mtm).  Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi ialah minyak goreng sebesar -0,04% (mtm).

Baca Juga:  R&I Naikkan Outlook Indonesia Menjadi Positif dengan Peringkat Kredit BBB+

Lebih lanjut, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan. (RLS/J1)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *