UNTUK menjawab pertanyaan “siapa-siapa saja pihak yang diuntungkan dalam bisnis judi online?”, bisa dimulai dari eksistensi situs-situs judi online tersebut.
Sebut saja dua situs judi online yang menyediakan fasilitas taruhan atas kompetisi sepak bola di Tanah Air, yaitu http://liga138.com dan https://siletnaga.com.
Situs https://siletnaga.com pada salah satu lamannya secara terang-terangan menyebut website tersebut sebagai agen judi bola Liga Indonesia.
Hal yang sama disebutkan situs http://liga138.com, yakni menyediakan fasilitas taruhan untuk pertandingan kompetisi sepak bola dalam negeri.
Sampai saat ini, kiprah kedua situs judi online itu tidak pernah redup, bahkan semakin gencar berpromosi. Hal itu terjadi karena secara bisnis, para bandar judi yang mengelola situs judi online mendapatkan keuntungan besar.
Selain para bandar judi online, pihak lain yang menikmati keuntungan ialah bank-bank nasional yang jasa mereka dipakai dalam transaksi transfer dana.
Setidaknya, bank-bank nasional tersebut mendapatkan sumber dana murah, yaitu dana pihak ketiga (DPK) dari saldo tumpukan dana para bandar judi online yang nilainya disinyalir terbilang besar.
Lalu, apakah para penggemar judi online yang memenangi taruhan termasuk pihak yang diuntungkan? Mereka memang terkadang menang, tetapi sering juga buntung.
Hal yang pasti, jika frekwensi kemenangan para pemasang taruhan lebih tinggi ketimbang kemenangan para bandar judi online, dengan nilai uang yang dibawa pulang oleh mereka lebih besar dari kemenangan para bandar, tentu situs-situs judi online itu sudah lama tutup karena merugi.
Lantas, siapa lagi yang meraup keuntungan besar dari bisnis judi online?
Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang sepak terjang Satgas Anti Mafia Bola bentukan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya. Mereka bertugas memburu para pelaku pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola di Tanah Air.
Banyak pihak menuding dan mengkaitkan pengaturan skor dengan bisnis judi online.
“Pengaturan skor patut diduga kuat bermuara ke judi online. Artinya, aktor intelektual yang mengatur skor sebuah pertandingan sepak bola, akan memenangi pasar taruhan judi online karena dia yang mendesain pertandingan untuk menentukan skor akhir pertandingan,” ungkap sumber jurnal-investigasi.com.
Keuntungan maksimal bisa diraup jika pengatur skor pertandingan bekerja sama dengan para bandar judi online atau pengatur skor itu sendiri yang memiliki situs judi online tersebut.
Seperti dikutip dari wartakota.tribunnews.com, dalam menanggapi penegakan hukum terhadap praktek pengaturan skor, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, mengatakan kinerja Satgas Anti Mafia Sepak Bola bentukan Kapolri patut diapresiasi karena sudah bekerja cepat menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat dalam praktek mafia bola.
Namun, kata Neta, Satgas belum juga menyentuh bos-bos besar mafia bola yang sudah menghancurkan sepak bola nasional.
“Satgas gabungan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya ini harus menelusuri dugaan keterlibatan sejumlah oknum di dua lembaga di bawah PSSI, yakni lembaga kompetisi dan lembaga perwasitan. Jejak digital oknum- oknum di kedua lembaga itu perlu ditelusuri untuk membongkar jaringan mafia yang sesungguhnya.” kata dia.
Sebab, lanjutnya, kedua lembaga itu mempunyai hak veto dalam mengatur roda kompetisi dan menunjuk para wasit yang memimpin kompetisi Liga 1, 2 dan 3.
Dia menjelaskan para anggota EXCO PSSI dari hasil keputusan Kongres PSSI di Ancol, 10 November 2016 lalu diketahui adalah, Ketua umum PSSI Edy Rahmayadi, Wakil Ketua Umum Joko Driyono dan Iwan Budianto.
Adapun 12 anggota lainnya adalah, Hidayat, Yunus Nusi, Condro Kirono, Gusti Randa, Pieter Tanuri, Juni A. Rahman, AS Sukawijaya, Johar Lin Eng, Refrizal, Dirk Soplanit, Very Mulyadi, dan Papat Yunisal.
“Dari 15 anggota EXCO PSSI yang terpilih, Edy Rahmayadi sudah mengundurkan diri. Hidayat juga mengundurkan diri. Sedangkan, Johar Lin Eng pertengahan Desember 2018 lalu, sudah dijadikan tersangka,” kata Neta. (Ald) – BERSAMBUNG —