Berbagi Jalan bukan untuk Arogan

Klarifikasi komunitas pesepeda yang diacungi jari tengah oleh pengendara sepeda motor. (foto : tangkapan layar IG @goshow.cc

FOTO seorang pemotor mengacungkan jari tengah ke rombongan pesepeda balap yang memadati ruas jalan raya viral di media sosial (medsos) beberapa waktu lalu. Momen yang terjadi di kawasan Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat, itu ramai jadi pembicaraan.

Bisa jadi, itu klimaks kekesalan atas perilaku sebagian pesepeda belakangan ini yang tidak menghormati peraturan dan mengganggu para pengguna jalan lain. Rombongan pesepeda road bike itu sempat menyampaikan klarifikasi lewat akun Instagram _@goshow.cc.

Dengan menggunakan bahasa Inggris, akun tersebut mencoba menjelaskan kalau mereka gowes di jalur kanan karena menghindari bus yang menyeberang ke underpass Dukuh Atas.

Setelah situasi aman, mereka pun berencana kembali ke jalur kiri. Namun, tiba-tiba sang pemotor muncul dan akhirnya foto-foto saat kejadian itu viral di medsos.

‘Cyclist arrogance or..? Last Wednesday we colabs with @jkt.cc for one of it’s member birthday ride.. Since this photo is now viral, an explanation shall be needed to clear things up. Yes, we rode in the right lane to pass the traffic down at dukuh atas.. This is caused buy a buss crossing over to underpass of dukuh atas. After we thought all was cleared, we wanted to move back to the left, but out of nowhere the motorcycle gentlemen came up. And finally the only viral photo floating in all wag giving 1 side assumption.. Let’s #sharetheroad,’ demikian isi klarifikasi dikutip dari akun _@goshow.cc, Jumat (4/6).

Bike to Work (B2W), sebuah komunitas yang mengampanyekan penggunaan sepeda mengkritisi perilaku arogan sebagian pesepeda. Tagar sharetheroad atau berbagi jalan yang dikampanyekan tidak tepat.

‘Ketika ada yang berteriak “share the road”, tetapi merampas hak jalan pengguna lain sehingga justru pengguna jalan lainnya yang lebih pantas berteriak “share the road“,’ tulis pernyataan resmi B2W.

Kampanye “share the road” disuarakan agar pengendara mobil dan motor menerima keberadaan pesepeda di jalan raya sebagai sesama commuter dan mewaspadai serta saling menjaga keselamatan. “Share the road” tidak pernah dimaksudkan untuk berbagi jalan kepada pesepeda balap, tetapi untuk para commuter sepeda.

Baca Juga:  Penurunan Muka Tanah di Jakarta, Kementerian PUPR Sinergi Bangun 3 SPAM Kapasitas 9.254 Liter/Detik

B2W mengatakan bahwa sebagian pesepeda yang hanya mengikuti tren, “kurang memiliki pemahaman bahwa bersepeda di kota yang diutamakan bukanlah rekreasi atau olahraga, melainkan mobilitas yang aman dan nyaman. Tidak hanya bagi pesepeda, tapi juga seluruh pengguna jalan.”

“Bertahun-tahun B2W bersama berbagai institusi dan komunitas mengampanyekan banyaknya manfaat bersepeda, dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi, baik bagi pribadi maupun perkotaan. Tiba-tiba di tengah perjuangan untuk meredakan kontroversi jalur sepeda permanen, serombongan pesepeda seakan ramai-ramai berteriak: kami tidak butuh jalur sepeda.”

Pihak Polri merespons. Mereka akan segera menindak oknum-oknum pesepeda yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Bagi para pesepeda yang melanggar lalu lintas seperti keluar jalur, bakal dikenai sanksi tilang dan denda. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo menyampaikan SOP terkait dengan penindakan ini masih dalam pembahasan.

“Kalau ditindak, tentunya harus ada barang bukti. Itu yang masih dibahas, apa sepedanya disita atau KTP-nya,” ujar Sambodo kepada wartawan.

Meski demikian, Sambodo menegaskan penegakan hukum dengan menggunakan tilang itu ialah pilihan terakhir dari upaya yang dilakukan kepolisian.

“Ada upaya preventif dan edukatif yang kita sudah lakukan. Alhamdulillah edukasi sudah cukup berhasil. Artinya, semua masyarakat sekarang paham bahwa apabila di satu jalur itu ada jalur sepeda, pesepeda wajib menggunakannya. Itu sudah kita lakukan,” ujarnya. (AF/J1)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *