KEMENTERIAN Agama (Kemenag) menetapkan 1 Ramadan 1444 M jatuh pada Kamis (23/3).
Hal itu disampaikan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dalam konferensi pers penetapan awal Ramadan yang merupakan hasil Sidang Isbat yang digelar Kemenag pada Rabu (22/3).
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi menyampaikan sambutan dalam siaran pers tersebut. Ia menyampaikan, meskipun awal Ramadan seragam, ada potensi perbedaan akhir Ramadan atau penentuan awal Syawal.
Dalam penetapan awal Ramadan, sejumlah organisasi keagamaan, termasuk Kemenag, tampak kompak dan sepakat. Akan tetapi, kata Kiai Jaidi, tidak menutup kemungkinan dalam penetapan 1 Syawal nanti akan didapati pendapat yang berbeda.
“Mudah-mudahan perbedaan ini bisa dicari penyelesaiannya dengan baik secara bersama-sama. Perbedaan jangan sampai menjadikan perbedaan (perpecahan) di antara kita, ” terang Kiai Jaidi dalam keterangannya, Rabu (22/3).
Selain itu, Kiai Jaidi juga berharap momentum Ramadan dijadikan kesempatan untuk meningkatkan kesalehan kita, baik kesalehan ibadah maupun kesalehan sosial.
Menurut Kiai Jaidi, Ramadan bukan sekadar puasa, melainkan juga kemampuan untuk menyantuni sesama.
“Kita tidak sekadar melaksanakan puasa atau ibadah qiyam Ramadhan, tapi juga ibadah untuk menyantuni saudara-saudara kita yang membutuhkan,” kata Kiai Jaidi.
Momentum Ramadan, lanjut Kiai Jaidi, juga merupakan tahun politik yang kerap kali memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Kiai Jaidi berharap umat saling pengertian dan menghormati satu sama lain soal pilihan politik nanti.
Menurut Kiai Jaidi, umat tidak boleh saling menghakimi dan menjadikan politisisasi agama atau isu-isu politik keagamaan perpecahan di antara sesama.
“Agar kita (persatuan dan kesatuan) menjadi saling pengertian dan tidak menjadikan isu-isu politik ini perpecahan,” tandas Kiai Jaidi. (RLS/J1)