MENTERI Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan situasi di Ukraina sampai saat ini masih sangat dinamis dan berubah dengan cepat. Hal tersebut sangat memengaruhi upaya pemerintah untuk melakukan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang tentunya keselamatan menjadi prioritas.
“Dari sejak awal, kita sudah memperhitungkan bahwa evakuasi ini tidak akan mudah, memiliki tingkat kompleksitas, dan bahaya yang cukup tinggi di tengah pertempuran yang masih terjadi,” ujarnya dalam Press Briefing Perkembangan Upaya Evakuasi WNI dari Ukraina, Selasa (1/3).
Keberadaan WNI juga tersebar di beberapa kota di Ukraina. Artinya, mereka tidak tinggal di satu kota. Komunikasi juga dilakukan dengan otoritas Ukraina, Rusia, dan ICRC, terutama untuk memintakan safe passage pada saat pelaksanaan evakuasi, demi keamanan dan keselamatan evacuee.
Lebih lanjut, koordinasi internal juga terus dilakukan. Di Jakarta, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) secara dekat berkoordinasi dengan BAIS, BIN, dan K/L terkait lainnya.
“Selain koordinasi pada working levels, saya juga melakukan banyak komunikasi dengan sejumlah Menteri Luar Negeri untuk saling memberikan informasi mengenai situasi dan jalur aman untuk evakuasi,” jelas Retno.
Sementara itu, KBRI di Kiev, Warsawa, Bucharest, dan Moscow, disiagakan terus untuk mendukung pelaksanaan evakuasi. Jalur evakuasi, terutama dari Kiev, sempat dikaji ulang mengingat munculnya situasi yang menyulitkan jika evakuasi dilakukan ke arah Lviv.
Adapun perkembangan upaya evakuasi WNI dari Ukraina, pertama, 25 orang melalui Odessa sudah tiba di Bucharest pada 27 Februari 2022 pukul 16.30 waktu Bucharest.
“WNI yang dievakuasi semuanya perempuan dan 1 anak berumur sekitar 12 tahun,” ungkap Retno.
Kedua, 6 orang WNI dan 1 WNA, yaitu suami dari WNI, pada 27 Februari 2022 juga telah berhasil diseberangkan, dievakuasi, dari Lviv menuju Rzeszow, Polandia.
“Enam WNI tersebut terdiri atas 2 perempuan dewasa, 3 anak-anak, dan 1 bayi. Tim KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) Warsawa berangkat dari safe house di Rzeszow pada pukul 07.30 dan dapat tiba kembali dengan para evacuee WNI sekitar pukul 20.45,” jelasnya.
Ketiga, terdapat 4 WNI yang terdiri atas 2 pria dan 2 anak serta 2 WNA (spouse WNI) yang juga telah dijemput tim KBRI Warsawa dari Mc D Ternopil, Lviv (Ukraina), menuju Polandia dengan jarak tempuh 150 km.
Keempat, rombongan terbesar, yaitu 59 WNI dan 1 WNA, yang dievakuasi dari Kiev dan telah berhasil diseberangkan ke wilayah Moldova. Saat ini dalam perjalanan menuju Rumania.
“Namun, karena adanya kebijakan curfew dan beberapa tantangan infrastruktur jalan yang diakibatkan peperangan, evakuasi terpaksa harus ditata ulang kembali,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa dirinya terlibat langsung dalam penataan ulang jalur aman untuk evacuee dari Kiev.
“Penetapan jalur yang kita ambil akhirnya dilaksanakan setelah melakukan konsultasi compare notes dengan banyak pihak, termasuk komunikasi dengan beberapa Menteri Luar Negeri, khususnya Menteri Luar Negeri Turki dan India, yang mengalami situasi kurang lebih sama,” jelas Retno.
Retno mengungkapkan evakuasi akhirnya dapat dilakukan pada 28 Februari dengan mengambil jalur selatan melalui Kota Vinnytsia menuju Bucharest, Romania, melalui Moldova.
“Dengan telah menyeberangnya WNI tersebut, sebagian besar WNI sudah dapat kita evakuasi keluar dari Ukraina. Jumlah total yang telah berada di luar Ukraina adalah 99 WNI dan 5 WNA yang merupakan keluarga dari WNI kita,” katanya.
Ia mengatakan 99 WNI sudah keluar dari Ukraina, termasuk 5 WNI yang melakukan evakuasi mandiri.
Masih terdapat 4 WNI di Kharkiv dan 9 di Chernihiv, sebelah utara Ukraina.
“Mereka belum dapat dievakuasi, mengingat pertempuran darat masih terus terjadi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, pemerintah masih terus menunggu saat yang tepat untuk dapat mengevakuasi mereka.
Langkah selanjutnya ialah lewat jalur udara untuk mengevakuasi para WNI yang berada di 2 titik, yaitu 1 di Rumania dan 1 di Polandia. Perencanaan tersebut saat ini sedang terus dimatangkan.
“Setelah para evacuee aman di 2 titik tersebut, langkah selanjutnya adalah penjemputan dengan pesawat untuk kembali ke Indonesia,” jelas Retno.
Sementara itu, politik luar negeri Indonesia selalu konsisten. Pada saat sampai pada penerapan hukum internasional dan piagam PBB, termasuk masalah penghormatan integritas wilayah dan terhadap kedaulatan.
“Prinsip ini harus dihormati oleh semua negara. Prinsip ini dijunjung tinggi oleh Indonesia,” tegas Retno.
Saat ini, selain menekankan prinsip tersebut, hal utama yang harus menjadi perhatian semua ialah deeskalasi dan masalah kemanusiaan.
“Pembicaraan antara Ukraina dan Rusia dapat membuahkan hasil yang baik. Selain itu, saving human life menjadi prioritas. Safe passage menjadi kebutuhan utama dan harus dijamin,” harapnya. (J1)